photo gifnewsbaru.gif
Latest Post

Ketua KPK: Hedonis, Nurhadi Dekat dengan Korupsi

Written By Unknown on Rabu, 19 Maret 2014 | 21.05

Ketua KPK: Hedonis, Nurhadi Dekat dengan Korupsi


Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi Abraham Samad menyindir gaya hidup hedonisme Sekretaris Mahkamah Agung Nurhadi. Menurut Abraham, gaya hidup Nurhadi yang mewah dekat dengan perilaku korupsi. Saat ini, kata dia, KPK sedang menyusun profil kekayaan Nurhadi.
"Kemewahan, kehidupan yang hedonis, tamak, itu cikal bakal perilaku korup. Maka sebaiknya penyelenggara negara tak hidup berlebihan," kata Abraham di gedung kantornya, Rabu, 19 Maret 2014. (Baca: Alasan MA Tolak Kembalikan iPod Suvenir Pernikahan)

Abraham tak membantah lembaganya mencurigai asal usul kekayaan Nurhadi. "Meskipun ke semua orang pun kami curiga," katanya. Penyusunan profil kekayaan Nurhadi, menurut Abraham, dipicu oleh gaya hidup mewah Nurhadi. Nurhadi dikabarkan memiliki meja senilai Rp 1 miliar di ruang kerjanya. (Baca: Ruang Kerja Sekretaris MA yang Menghebohkan)

Nama Nurhadi mencuat setelah dia menyelenggarakan pernikahan mewah untuk anaknya pada Sabtu malam, 15 Maret 2014. Nurhadi mengelar resepsi pernikahan anaknya, Rizki Wibowo, dengan Rizki Aulia Rahmi di Hotel Mulia, Senayan, Jakarta Pusat, dengan suasana mewah. Acara itu diperkirakan dihadiri 4.400 tamu, antara lain merupakan hakim agung, politikus, pejabat, dan pengusaha.

Tuan rumah menyediakan sekitar 3.000 iPod Shuffle berkapasitas 2 gigabita yang dibungkus dalam kotak cokelat sebagai suvenir untuk undangan. Di pasaran, iPod jenis tersebut dijual Rp 700 ribu per unit. Pesta ini disorot karena Nurhadi, yang berstatus pegawai negeri, menyelenggarakan pesta pernikahan anaknya secara mewah.

Juru bicara Komisi Johan Budi Sapto Prabowo mengingatkan para pejabat yang menerima iPod di pernikahan anak Nurhadi itu wajib melapor ke KPK. Menurut Johan, penerimaan iPod itu bisa digolongkan sebagai gratifikasi. "Setiap penerimaan hadiah dalam bentuk apa pun harus dilaporkan ke KPK," kata Johan, Selasa, 18 Maret 2014.

Menurut Johan, aturan itu tertuang dalam Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 juncto UU 20 Tahun 2001 dan mengacu pada UU 30 Tahun 2002. "Itu berlaku khusus bagi penyelenggara negara," ujarnya.

KPK, kata Johan, bakal menelisik penerimaan iPod tersebut. iPod bisa disita jika ada dugaan awal bahwa pemberian produk besutan Apple ini tergolong gratifikasi. (Baca: Anggota Ombudsman Serahkan iPod Nurhadi ke KPK  )

Sumber : TEMPO

PULANG

Written By Unknown on Senin, 20 Januari 2014 | 17.53

PULANG

Karya : Cerpen Pirngadi (Republika, 20 November 2011)

PEDIH, melihat wanita yang sangat dicintainya terbujur kaku tak bernyawa. Pilu, menyaksikan perut sang jenazah yang mulai kelihatan membuncit karena hamil. Lebih mengiris hati, menyadari kenyataan calon jabang bayi di perut itu bukan dari benihnya. Luka hati yang sangat perih dan kobaran amarah di tempurung kepala Maman membuat laki-laki itu terpaku seperti patung batu. Orang-orang terus mengalir berdatangan mengungkapkan dukacita, menyampaikan penghiburan, atau sekadar hadir melihat. Rumah yang belum sepenuhnya jadi karena dindingnya masih belum diplester semen itu pun ramai dalam kedukaan.
Mata Maman kosong menatap jenazah istrinya, membawa mundur kisah yang berakhir tragis ini. Maman masih ingat benar siang pada akhir November empat tahun lalu. Saat di mana ia pulang dari tempatnya bekerja dengan tubuh lemas tak berdaya. Perusahaan tempat Maman bekerja bangkrut dan ia kena PHK. Bersama rasa panik yang menggayut di benaknya, Maman pontang-panting menghidupi istri dan seorang anaknya yang masih berumur dua tahun. Tiga bulan nihil tidak dapat pekerjaan, sementara uang pesangon nyaris tak bersisa, Maman akhirnya menyerah. Atas desakan Asih, istrinya, Maman angkat kaki dari Jakarta, pulang kampung ke rumah mertuanya.
Pulang kampung dengan embel-embel karena gagal di rantau membuat Maman seperti ditelanjangi di tempat ramai. Rasa malu itu semakin sempurna setelah berbulan-bulan kemudian Maman belum mendapatkan pekerjaan tetap. Ijazahnya yang hanya setingkat sekolah lanjutan pertama serta pengalaman kerjanya sebagai office boy sama sekali tidak memberi pengaruh mendapatkan pekerjaan.
Sambil terus berusaha, Maman mencoba bersabar tinggal menumpang di rumah mertuanya yang juga dihuni keluarga kakak iparnya. Kadang-kadang, dari tatap matanya menyiratkan ketidaksukaan atau mungkin penghinaan. Maman memang tidak punya pilihan. Kedua orang tuanya di ujung timur Pulau Jawa sudah lama meninggal dunia. Tanah sepetak tempat sebuah rumah reyot yang merupakan satu-satunya harta peninggalan orang tuanya kini dihuni oleh keluarga adik semata wayangnya dengan kondisi ekonomi tak lebih baik.
Malam itu menjadi malam yang paling panjang yang tidak mungkin Maman lupakan. Dalam gelap, dada Maman basah oleh air mata Asih. “Bukan aku tak menghargai kamu, tapi sampai saat ini, kamu belum dapat kerja dengan penghasilan tetap. Kalau aku dan kamu mungkin bisa menahan rasa lapar atau keinginan akan sesuatu, tapi tidak untuk anak kita. Aku paling tidak tahan ketika ia menginginkan seperti yang dimakan atau dimiliki kakak-kakak sepupunya. Sebagai ibunya, hatiku seperti diiris-iris karena tidak dapat membelikannya, bahkan untuk sesuatu yang harganya tidak mahal karena kita sama sekali tak punya uang. Aku hanya ingin kita bisa keluar dari situasi sulit ini selagi kamu belum mendapatkan jalan. Kalau kamu memberi izin, aku berniat berangkat ke Timur Tengah….” isak Asih.
Tidak ada kata dalam kalimat Asih yang mampu membangkitkan kemarahan. Tapi entahlah, Maman merasa ulu hatinya ngilu seperti tertembus ribuan jarum. Asih sama sekali tidak menyalahkan Maman. Bahkan, Asih minta izin seandainya Maman memberikannya. Pada saat matanya berkaca-kaca, Maman hanya mampu membatin, Ya Allah, terima kasih telah memberiku seorang istri sebaik ini….
Malam itu Maman memang tidak memberi jawaban secara lisan, namun dari pelukan yang dipereratnya, Asih tahu suaminya memberinya izin meskipun dengan berat hati. Rencana berangkat ke Arab Saudi itu pun tidak dengan mudah terlaksana. Maman dan Asih harus pontang-panting mencari pinjaman.
Ketidakberdayaan atau lebih tepatnya kemiskinan, sering membawa orang untuk mengambil keputusan dan mengawali sesuatu dengan linangan air mata. Itu pula yang terjadi pada Maman dan Asih. Asih berangkat dengan berurai air mata. Maman melepas kepergian istrinya dengan isi dada berkeping-keping. Ditinggal pergi istrinya sejauh itu tidak pernah terbayangkan oleh Maman. Kemiskinan telah membuat orang yang semestinya ia nafkahi dan lindungi harus membanting tulang di negeri seberang yang kadang-kadang dengan taruhan kehormatan atau bahkan nyawa.
Menjadi orang tua tunggal dan tinggal menumpang di rumah mertua benar-benar menguji kesabaran Maman. Apalagi, pada minggu-minggu awal kepergian Asih, Dini sering rewel ingat ibunya. Sebisa mungkin Maman merawat dan menghidupi Dini. Menjadi kuli panggul di pasar, menjadi kenek tukang batu, hingga tukang gali kuburan Maman lakoni demi mengisi perut agar tidak kelaparan.
Memasuki bulan keenam sepucuk surat dari Asih diterima Maman. Isinya singkat, namun cukup banyak menghalau kekhawatiran Maman. Asih bekerja pada sebuah keluarga di Madinah. Selain memasak, membersihkan rumah, mencuci, dan menyetrika, tugas Asih juga merawat orang tua si empunya rumah yang sudah jompo. Pekerjaan yang terakhir ini yang ditulis Asih paling berat karena berlangsung selama 24 jam.
Dua bulan kemudian, surat kedua datang. Kali ini diikuti kiriman sejumlah uang. Setelah digunakan untuk membayar utang-utangnya, Maman membeli sepeda motor bekas untuk mengojek. Sejak menjadi tukang ojek di pasar, Maman memiliki penghasilan tetap. Maman memang tidak ingin berpangku tangan menikmati uang kiriman istrinya dari Arab. Untuk keperluan sehari-hari, Maman dan anaknya sudah bisa dicukupi dari hasil mengojek.
Kiriman uang yang boleh dikatakan rutin dari Arab serta didukung sikap hemat Maman, pada tahun kedua, berhasil membeli sepetak tanah tidak jauh dari rumah mertuanya. Maman juga sudah memiliki handphone sehingga Asih kadang-kadang menelepon langsung dari Arab. Setahun kemudian, sebuah rumah berhasil Maman bangun meskipun belum selesai benar. Beberapa bulan setelah menempati rumah baru, suatu malam, Asih menelepon dan mengabarkan majikan jompo yang selama ini ia rawat telah meninggal dunia. Asih juga menjelaskan kemungkinan besar ia berganti majikan.
Sejak malam itu, komunikasi terputus. Tiga bulan kemudian, Asih kembali menelepon dan mengatakan ia sekarang bekerja pada sebuah keluarga polisi. Komunikasi kembali terputus, bahkan kiriman uang pun berhenti. Maman kembali khawatir. Hampir setahun Maman kehilangan jejak Asih hingga dua minggu lalu, handphone-nya kembali berbunyi oleh nomor yang tidak dikenal. Ternyata suara Asih. Tak seperti biasanya, kali ini suara Asih tertahan-tahan kebingungan. Meskipun Asih mengatakan bahwa lusa akan pulang, kelegaan Maman berubah menjadi rasa takut.
Ketidakjelasan pesawat yang ditumpangi Asih membuat Maman, Dini, kedua mertua, serta kakak iparnya keleleran di bandara. Dengan mobil sewaan, mereka sebenarnya sudah kuyu menempuh perjalanan semalaman. Setelah dari pagi menunggu, baru sekitar pukul delapan malam, Maman melihat Asih. Namun, tidak serta-merta Maman bisa menemui istrinya.
Asih memeluk Maman dalam tangis yang sulit dipahami. Gembira, sedih, atau takut. Sekilas Maman melihat tubuh istrinya sedikit lebih gemuk dan…. Ah, Maman berusaha membuang jauh-jauh prasangka buruknya. Sepanjang perjalanan pulang, seisi mobil itu pun lebih banyak diam. Kegembiraan sebuah pertemuan setelah sekian tahun tidak bertemu tiba-tiba menguap entah ke mana. Malam itu malam kedua setibanya Asih di rumah. Saat itu, Dini sudah terlelap. Asih menangis dan berlutut mencium kaki suaminya. Dengan suara bergetar Maman berkata, “Kamu hamil?”
“Mengapa kamu tidak marah? Mengapa kamu tidak memaki-maki aku? Mengapa kamu tidak memukuli aku? Aku istri yang bejat! Kamu seharusnya menghajarku hingga babak belur! Kalau perlu, injak-injak saja perutku ini hingga keluar semua kebusukan dan aib dari dalamnya. Seharusnya aku tidak takut ketika dia mengancamku dengan pisau. Seharusnya aku atau dia yang mati….” rintih Asih dengan tubuh berguncang-guncang.
Asih menunggu makian, pukulan, atau tendangan suaminya, namun apa yang diharapkannya itu tidak kunjung tiba. Asih justru mendapati suaminya itu berjongkok dan mengangkatnya berdiri.
“Istighfar….” bisik Maman dengan suara tercekat. Laki-laki itu kemudian bergegas membuka pintu dan duduk tepekur di teras rumah hingga Subuh menjelang.
Setelah shalat Subuh, seperti biasanya Maman berangkat mengojek. Dua hari Maman tidak berangkat bekerja karena kedatangan Asih. Maman tidak berpamitan kepada Asih karena ia tidak tega membangunkan istrinya yang masih terlelap memeluk Dini. Mungkin Asih semalaman juga susah tidur atau bahkan kecapaian menangis.
Sekitar pukul 10 pagi, Maman menerima SMS dari Asih. Asih menulis, Maafkan ak tlh lakukn jln spt ni. Kmu trlalu baik ntuk trm smua aib ni. Aq titip Dini ya. Tanpa berpikir panjang lagi, Maman bergegas pulang. Seorang ibu yang akan diantarkan pulang dari pasar ditinggalkannya begitu saja. Ada perasaan tidak enak yang tiba-tiba membuat Maman seperti mendapat firasat buruk.
Tiba di rumah, Maman mendapati semua pintu dan jendela terkunci. Maman sebenarnya sudah bisa membuka kunci pintu dengan anak kunci yang dibawanya, namun daun pintu tidak bisa terkuak karena sepertinya diselot dari dalam. Maman menggedor-gedor pintu sambil memanggil-manggil istrinya. Seorang tetangga keluar rumah mendengar suara ribut. Wanita setengah baya itu pun memberi laporan bahwa Asih setengah jam yang lalu mengajak Dini keluar rumah. Bisa jadi menitipkan Dini ke rumah kakek-neneknya karena sebentar kemudian Asih balik lagi dan tidak keluar-keluar rumah lagi. Laporan tetangga itu semakin membuat Maman khawatir. Maman pun mendobrak pintu rumahnya.
Ketika daun pintu berhasil dibuka, detik selanjutnya tubuh Maman terhuyung lemas. Bukan karena kehilangan keseimbangan akibat mendobrak pintu, melainkan karena melihat pemandangan yang terpampang di depan mukanya. Tubuh Asih sedikit berayun-ayun, menggantung pada seutas tali yang menjerat lehernya. Asih bunuh diri!
Maman menyeka air mata yang perlahan turun di pipinya. Tidak digubrisnya saran atau suruhan orang-orang di sekitarnya untuk menuntut pertanggungjawaban kepada orang-orang yang dianggap bersalah. Ada yang menyuruhnya menuntut pada majikan Asih yang di Arab, ada yang menyuruh Maman agar menuntut perusahaan pengerah tenaga kerja yang memberangkatkan Asih, dan ada pula yang mendukung Maman agar menuntut pemerintah karena tidak becus melindungi warganya sehingga diperlakukan sewenang-wenang. Maman menghargai simpati kerabat dan tetangganya itu, namun ia lebih memikirkan bagaimana caranya bisa memanfaatkan apa yang ia punya untuk masa depan Dini daripada menggunakan uangnya untuk mengurus hal-hal yang hasilnya pun belum pasti. Bukankah di negeri ini segala sesuatunya membutuhkan uang? Bukankah sudah jamak pula di negeri ini yang hitam jadi putih dan yang putih jadi hitam?
Maman terperenyak ketika pundaknya ditepuk perlahan oleh seseorang. Seorang bapak yang menepuk pundak Maman itu berkata bahwa jenazah Asih sebaiknya segera diberangkatkan. Maman mengangguk kuyu dan berjalan tertatih mengantarkan jenazah istrinya ke pemakaman, mengantarkannya pulang ke Sang Khalik. (*)

Penulis lahir di Pati, 27 Agustus 1967. Lulusan Fakultas Sastra Indonesia, Universitas Diponegoro, Semarang, ini adalah penulis naskah, editor, koordinator editor Penerbit Kelapa Cengkir Raya (Intan Pariwara Group) di Jakarta, scriptwriter Radio Super FM dan Kamajaya FM di Jakarta. Sejumlah karyanya pernah dimuat di sejumlah surat kabar dan majalah remaja.

Siti Nurbaya Hidup Lagi

Siti Nurbaya Hidup Lagi


Karya : Miga Imaniyati

40 tahun yang lalu, ada gadis bernama Siti. Nama panjangnya Marsiti. Satu kata saja. Menurutnya, dia rupawan. Dan itu memang benar. Dia kembang desa. Banyak orang terpesona dengan wajahnya yang cantik jelita. Usianya 15 tahun. Dia baru lulus dari SMP. Tidak banyak anak bisa sekolah seperti dia, apalagi untuk anak gadis. Kebanyakan gadis di kampungnya lulus dari SD bahkan belum lulus SD sudah menikah. Memangnya mau apa kalau tidak menikah? Sekolah, tidak. Bekerja pun tidak. Paling membantu Ibu memasak di dapur atau ngerangsum – mengirim makanan – Bapak ke sawah. Jadi menikah usia muda di waktu 40 tahun yang lalu adalah pilihan utama. Meringankan beban orang tua dengan mengabdikan diri menjadi isteri sholihah.
Tapi tidak dengan pemikiran Siti. Darah Kartini mengalir dalam nadinya. Dia ingin sekolah setinggi-tingginya. Bercita-cita mulia untuk ikut mencerdaskan kehidupan bangsa. Menjadi seorang guru adalah tujuannya. Namun dia merasa jalannya tidak mudah. Karena malam itu, keluarganya kedatangan seorang tamu.
“Kalau saya setuju-setuju saja, Pak.” Bapaknya mengangguk mendengar jawaban Ibunya.
“Jadi bisa langsung diresmikan nggeh, Bu? Nanti saya datang lagi untuk melamar.” Tegas lelaki yang duduk di hadapan Bapak dan Ibunya.
Siti mencuri dengar pembicaraan dari lubang kunci pintu kamarnya. Dilihatnya orang yang menjadi tamu penting Bapak Ibunya. Rambut putih telah tumbuh di kepala. Beberapa kumisnya pun telah memutih. Pakaiannya rapi. Jam tangan bertengger di tangan kiri. Mobil sedan merah dengan seorang supir yang mengantarnya singgah di rumah Siti. Siti menyimpulkan dia orang kaya raya. Penampilannya tidak seperti lelaki desa pada umumnya. Namun tetaplah Siti tidak terima jika lelaki seperti itu yang Ibu dan Bapaknya pilihkan sebagai suami. Dia terlalu tua. Siti kecewa. Sangat kecewa. Siti tak habis pikir, betapa tega Bapak dan Ibunya menjual dirinya hanya demi harta.
Sudah saatnya siswa SPG (Sekolah Pendidikan Guru) mulai masuk sekolah. Letak sekolahnya di kota. Siti lulus tes masuk di sekolah negeri itu. Namun Siti tidak beranjak satu langkah pun dari kampungnya. Bapak dan Ibunya tidak mengizinkan Siti melanjutkan sekolah sesuai keinginan Siti. Dia hanya di rumah menganggur. Kabar yang sampai di telinga Siti, dia telah dilamar oleh seseorang tanpa sepengetahuannya. Dia telah bertunangan dan sebentar lagi akan menikah. Tentu saja Siti berontak. Dia tak mau menikah dengan siapapun pada waktu itu. Dia ingin mengejar cita-citanya.
“Aku akan merantau ke Jakarta. Aku cantik. Pasti banyak orang yang mau mengangkatku menjadi anak. Kalau tidak, aku akan bekerja sebagai pembantu atau apapun. Cari uang untuk bisa sekolah.” Demikian kata yang selalu Siti ucapkan kepada setiap orang yang dia jumpai.
Mulai dari tetangga sebelah rumah, ibu-ibu arisan, orang matun – menanam padi -, pegawai kecamatan rekan kerja Bapaknya Siti, sampai mlijo – penjaja sayur – yang biasa lewat depan rumah, mengetahui cerita malang Siti. Siti yang ditunangkan dengan seseorang yang tidak dia suka dan Siti yang berniat untuk kabur dari rumah.
Sudah jauh-jauh hari sebelumnya Siti berencana mengendap-ngendap di kegelapan malam dan pergi entah kemana kakinya akan melangkah. Beberapa hari Siti mengumpulkan kenekatan dalam dirinya. Dan dia telah siap. Baju dan kebutuhan lain telah dia masukkan ke dalam tas sekolah. Satu jam lagi. Dia menunggu jarum jam pendek berhenti pas di angka 10 dan jarum jam panjang mendekati 12. Di jam itu biasanya lampu sudah dipadamkan dan penghuni rumah terlelap dalam tidur.
09.30 pm
“Siti…” Panggil Bapaknya
“Aduh.” Gumam Siti lirih. Spontan telapak tangan Siti memukul kepalanya sendiri mendengar seruan itu.
“Sini, Nak…” Bapaknya mengulang panggilannya karena tidak mendengar respon apapun dari Siti.
‘Apa ketahuan yah..’ pikir Siti. Siti bukanlah anak yang biasa mengabaikan perkataan Bapaknya. Diletakkan tas berat yang sedari tadi ditentengnya. Lalu dia mendatangi sumber suara itu.
“Iya, Pak…” Siti melihat kedua orang tuanya duduk bersebelahan.
“Duduklah!” Perintah Bapaknya.
Siti duduk sambil menggenggam erat jemarinya. Dia panik. Dia didudukkan seperti ini berarti akan diinterogasi dan dihakimi. Siti takut orang tuanya akan sangat marah. Lebih parah lagi kalau Siti diusir sebelum sempat dia kabur dari rumah. Tentu akan beda kesannya, jika dia pergi dari rumah dengan alasan kabur atau diusir.
“Besok Siti sudah bisa melanjutkan sekolah.” Kata-kata Bapaknya membuat Siti kaget dan langsung mendongakkan kepala.
“Kenapa-tiba-tiba-Bapak…” Siti berkata terbata-bata.
“Siti.. Harimau saja tidak memakan anaknya sendiri, apalagi Bapak dan Ibu. Mana mungkin Bapak mengorbankan kebahagiaan Siti hanya untuk kesenangan Bapak atau Ibu. Kalau Siti tidak setuju dengan perjodohan itu, tak apa, Bapak tidak memaksa. Bapak sudah mengurus semua keperluan sekolah Siti. Belajarlah yang rajin, raih cita-citamu, Nak..” Dengan berwibawa Bapaknya menyampaikan maksudnya tanpa ada garis kemarahan sedikit pun di wajah. Berbeda 180 derajat dari perkiraan Siti.
Sore hari itu Siti membersihkan rumah. Sudut ruangan, kolong meja. kolong kasur, tak ada debu yang terlewat dari sapuan Siti. Tak lupa, Siti pun membereskan meja kerja Bapaknya. Siti amankan dokumen-dokumen penting ke dalam laci agar tidak hilang atau tertiup angin. Sampai mata Siti tiba di kertas putih yang digulung dan diikat dengan sehelai pita merah. Penasaran, Siti membukanya.
… Mohon maaf, mengenai perjodohan, saya dengar anak Bapak tidak setuju. Saya bermaksud membatalkannya. Mungkin belum berjodoh. Saya tidak mau menghidupkan Siti Nurbaya ke dunia lagi…
Begitulah sepenggal kata yang terekam dalam ingatan Siti sampai sekarang. Surat itu tertanggal 3 hari sebelum Bapaknya mengizinkan Siti sekolah lagi. Pastilah itu dari pak tua yang pernah datang melamar Siti.
Selanjutnya, hari-hari Siti jalani tanpa ada kata perjodohan. Setelah menuntaskan pendidikannya, Siti ditugaskan mengajar SMA di daerah terpencil. Jauh dari rumah dan sanak saudara. Hidup dalam kesederhanaan dan apa adanya.
Siti merasa ini hanya kebetulan semata, namun sebenarnya kitab takdir telah mencatat sebelum Siti terlahir ke dunia. Disana Siti mengenal polisi tampan yang senasib dengannya. Panggilannya Pak Sugi. Nama panjangnya Sugiantoro. Satu kata saja. Dia dinas di daerah terpencil itu juga. Jauh dari rumah dan sanak saudara. Hidup dalam kesederhanaan dan apa adanya. Disanalah, di desa yang lebih desa dari desanya Siti, di kampung yang lebih kampung dari kampungnya Siti, takdir cinta mengikat hati keduanya.
Betapa terkejutnya Siti menjumpai lagi lelaki yang dulu dia panggil dengan sebutan pak tua. Dia orang yang dulu pernah Siti tolak lamarannya. Ternyata dulu pak tua melamar Siti untuk anaknya yang masih menjalani pendidikan kepolisian, dia adalah Sugi. Pak tua itu kini menjadi mertua. Yah, kitab yang mengatur perjodohan telah mengatur semuanya. Entah melalui perjodohan atau perkenalan, bagaimanapun jalannya, takdir telah menulis Sugi sebagai jodoh Siti dan melancarkan prosesnya hingga ke pelaminan. Mereka pun hidup bahagia hingga sekarang…
Aku duduk tertunduk sambil meremas jemariku. Bukan panik karena akan dimarahi, tapi mungkin karena grogi. Keluargaku kedatangan tamu. Tamu itu kini menunggu keputusanku. Aku mendongakkan kepala dan mengangguk malu, menandakan bahwa ‘iya’ adalah jawabanku.
Pendidikan kedokteranku telah selesai. Mereka berjanji mendukung dan mengizinkanku melanjutkan tugas pengabdian. Aku bukan anak kecil lagi. Melaui istikharah kuminta petunjuk dan kemantapan hati kepada Sang Pengasih. Kisah Siti yang diceritakan oleh Mama semalam juga memberiku sedikit pencerahan. Tak ada salahnya jika aku menerima perjodohan.
Kulirik Siti dan Sugi yang kini menjadi Mama dan Papaku. Mereka tersenyum. Kulihat lelaki di hadapanku yang hari ini pertama kalinya kita bertatap muka. Dia juga tersenyum. Dan rasanya aku telah jatuh cinta pada pandangan pertama. Kulirik pasutri bakal mertuaku. Semuanya tersenyum. Aku bukan Siti Nurbaya yang hidup lagi. Lain. Ini adalah cerita perjodohan yang berakhir bahagia..

Sumber : CERPEN MU

MUSUH JADI SAHABAT

MUSUH JADI SAHABAT

Karya : Fahmi Ahmadi

Di sebuah sekolah MtsN Media pasid. Ada dua orang siswa yang duduk di kelas IX yang bernama lengkap Putri Khumayrah yang lebih akrab dipanggil Ayrah dan Vriestika Azzahra yang lebih akrab dipanggil Rere. Mereka merupakan sahabat yang sejak kecil selalu bersama. Rere merupakan seorang anak tunggal yang berasal dari keluarga mapan dan tajir. Semua kebutuhan dan keinginannya selalu terpenuhi. Sedangkan Ayrah adalah seorang anak pedagang es cendol di tepi jalan raya, di samping sekolah mereka. Namun, walaupun mereka berbeda derajat orang tuanya, mereka tetap bersama tanpa mempedulikan apa kata orang.

Sesungguhnya, Rere merupakan anak yang pintar, baik hati, dan tidak milih-milih teman. Begitupun dengan Ayrah. Sebenarnya, disaat Ayrah beranjak umur 15 tahun, Ayrah mulai berpikir bahwa dirinya itu minder dekat-dekat ataupun bersahabat dengan Rere, namun sebelumnya Rere mengatakan kepada Ayrah bahwa mereka harusnya jangan berpikiran tentang derajat jika bersahabat. Akhirnya, dengan kata-kata Rere pun, sampai sekarang Ayrah tidak minder lagi.

Ternyata, dibalik semua itu ada seorang teman mereka yang bernama Karina yang membenci Ayrah dengan sebab kalau Ayrah itu tidak pantas berteman dengan Rere, dan seharusnya Ayrah itu tahu diri.
Disaat Ayrah dan Rere curhat berdua di taman, di balik tiang kelas ternyata Karina sudah memberitahukan teman-temannya untuk mengerjai Ayrah dengan cara menumpahkan jus jeruknya diseragam Ayrah. Disaat kejadian itu terjadi, Karinapun berkata “Oups, sorry. Aku nggak sengaja, dimaafin yah?”. Ayrah pun menjawabnya dengan suara lembut “Oh, nggak apa-apa ko’. Namanya juga kan nggak sengaja.” Dengan cepatnya Rere ikut membersihkan seragam sekolah Ayrah dan berkata kepada Karina “Eh, Karina. Apa-apaan sih kamu, aku tahu koo’ kalau kamu itu sengaja kan? Ngaku aja deh.” Dengan ceplas ceplosnya Karina membalas perkataan Rere “Heh, Rere. Seharusnya itu, kamu nggak boleh teman sama cewek gembel ini, nanti kamu diberi virus es cendol, lagi.”

Ayrah merasa sangat terhina atas perkataan Karina. Namun, Rere selalu ada disaat Ayrah sedih dan disaat itu Rere terus menghibur Ayrah. Ayrah pun kembali ceria. Ayrah telah melupakan kejadian tadi, yang tadinya dilakukan oleh Karina padanya. Dan dibalik semua itu, Karina dengan kesalnya ingin membalas dendam kepada mereka berdua, karena telah nyolot-nyolot pada Karina tadinya.

Keesokan harinya adalah hari ulang tahun Rere yang ke 17. Rere mengundang semua teman sekelasnya dan sebagian teman-temannya dikelas lain. Rere membuat sebuah pesta ulang tahun yang sangat istimewa dan meriah. Dan, tentunya Rere mengundang sahabatnya itu yaitu Ayrah untuk datang kepesta ulang tahunnya. Begitupun dengan Karina. Saat tiba dipesta tersebut, nampaknya Karina telah menyusun sebuah rencana bersama kedua temannya untuk mengerjai Ayrah yang selama ini sangat dibencinya.

Karina membuat rencana untuk mempermalukan Ayrah di depan orang banyak. Ayrah diajaknya ke kamar Rere tanpa sepengetahuan Rere. Karina berkata “Hy, Ra. Rere bilang sama gue untuk membuat penampilan loh jadi lebih keren malam ini. Jadi, loh ikut gue sekarang ke kamar Rere.” Padahal, semua yang dikatakan oleh karina semuanya bohong, karena Rere tidak pernah berkata seperti itu kepada Karina. Namun, atas kepercayaannya kepada Karina dan teman-temannya, Ayrah pun mengikuti apa yang dikatakan mereka.

Sampailah mereka di kamar Rere, yang tertata rapi dan mewah. Langsungnya di dorong Ayrah kekursi meja rias Rere oleh Karina. Sejak itu, Ayrah mulai curiga dengan tingkah laku Karina, dan mencoba membuka rahasia dari Karina. Namun, Karina tetap saja membuat Ayrah semakin percaya dengannya. Di bawah sana, tepatnya di kolam renang rumah Rere, Rere telah menunggu Ayrah yang tidak tahu kemana perginya. Di kamar Rere, Ayrah telah didandani dengan dandanan yang cukup gila. Karina membuat semuanya kacau dengan cara mendandani Ayrah yang nampak seperti orang yang kesambet setan malam. Wajah cantik Ayrah menjadi tak karuan, karena ulah Karina yang mengolesi wajah Ayrah menggunakan lipstik berwarna merah, lalu dibawanya Ayrah oleh Karina dan teman-temannya ke hadapan teman-teman yang lainnya, agar Ayrah merasa malu nantinya.

Rere sangat terkejut dengan melihat penampilan Ayrah yang acak-acakan, dan dilihatnya rambut Ayrah yang tak kalah sepertinya dengan rambut singa yang habis berkelahi. “Kasihan Ayrah” kata yang keluar dari mulut Rere, sahabatnya. Di sisi lain, Karina dan teman-teman yang lainnya menertawai Ayrah yang nampak seperti orang gila.
Satu minggu kemudian, Karina kembali menyusun rencana agar Rere tidak mau lagi bersahabat dengan Ayrah yang dianggapnya sebagai orang kampung oleh Karina.

Karina memberitahukan kepada Ayrah agar Ayrah meminta uang kepada Rere sebesar 5.000.000 untuknya. Namun, Ayrah tidak mau dengan mendengar bujukan Karina. Dengan tampak sedih namun hanya berbohong, Karina berkata kepada Ayrah “Ra, aku butuh sekali uang itu, sekarang kakakku ada di rumah sakit dan aku tidak punya uang untuk menebus biaya administrasinya, makanya aku meminta kamu untuk meminta uang sebesar 5.000.000 kepada Rere karena aku tahu kalau Rere sebenarnya juga benci sama aku dan aku juga tahu kalau Rere dekat sama kamu, Ra. Aku mohon kali ini aja. Please.”
“Ya sudah, Insya Allah aku lakuin itu semua demi kamu dan kakak kamu. Kamu yang sabar yah? Mudah-mudahan aku berhasil.” Kata Ayrah
“Ra, tapi, kamu jangan sampai bilang kalau kamu disuruh sama aku yah? Aku mohon, karena mungkin jika kamu bilang kalau kamu disuruh sama aku, mungkin Rere nggak akan ngasih kekamu.” Kata Karina dengan bujukannya
“Iya, iya Karina.” Jawabnya

Tiba-tiba, dengan menaiki mobilnya, Karina dengan ngebutnya langsung ke rumah Rere dan mengadu dombakan Rere dan Ayrah.
“Re, Re, buka pintunya Re, aku mohon, semua ini demi kebaikan kamu Re.” Kata Karina dengan memburu waktu

Tidak sempat melepas seragam sekolahnya, Rere pun langsung membuka pintu rumahnya dan menemui Karina yang kelihatan panik. Kemudian Karina menceritakan cerita yang salah kepada Rere seraya memburukkan nama Ayrah dimata Rere. Padahal, Ayrah tidak mengetahui apa-apa.
“Re, ternyata aku sudah mengetahui semuanya. Bahwa Ayrah itu sebenarnya mendekati kamu itu karena ada maunya. Dan aku tahu apa maunya, dia mau memanfaatkan kamu dan uangmu disaat kamu sudah menganggapnya sebagai sahabatmu. Dan sempat mendengar ketika Ayrah sedang bercerita kepada Venita kalau dia itu butuh uang untuk membuat acara di luar sepengetahuan kamu dan menggunakan uang kamu dengan alasan yang berbeda.” Kata karina membujuk Rere
“Hah? Ayrah ngomong gitu? Nggak mungkin. Aku sudah tahu banyak tentang Ayrah dan menurut aku Ayrah itu anak yang baik-baik, bukan seperti yang kamu katakan tadi. Kamu pasti salah dengar, Karina.” Jawabnya dengan tidak percaya
“Aku serius Re, malahan udah dua rius. Dan kalau kamu tidak percaya dengan apa yang aku katakan tadi, kamu boleh membuktikan sendiri dengan menyaksikan kedatangan Ayrah kesini dengan meminta uang kepada kamu dan dengan alasan yang berbeda dengan apa yang telah aku katakan tadi.” Katanya
“Yah sudah kalau itu mau kamu. Aku akan membuktikan semua itu.” Kata Rere
Akhirnya rencana Karina mula-mula berjalan dengan mulus untuk memisahkan mereka berdua. Dan setelah tidak begitu lamanya Karina pulang, Ayrah pun datang ke rumah Rere dengan melakukan apa yang telah diperintahkan oleh karina padanya yang merupakan sebuah jebakan yang tidak diketahuinya.

Ayrah pun langsung mengetuk pintu rumah Rere. Dan Rere langsung membukanya, dan kemudian dengan menceritakan semuanya oleh Ayrah dengan alasan ada yang perlu dibiayai. Rere pun langsung memberikan uang itu dengan tunai dan uang itu telah berada ditangan Ayrah. Rere pun semakin tampak dan kelihatan curiga kepada Ayrah dan lebih percaya kepada Karina.
Setelah hal itu terjadi, Ayrah langsung ditelepon oleh Karina dan menyuruhnya untuk datang ke pesta meriahnya disalah satu cafe terkenal. Ayrah pun masuk kedalam jebakan Karina. Disaat itu pun, Karina mulai menelepon Rere untuk dapat menghadiri acaranya yang sepengetahuan Rere bahwa acara itu adalah acara dari perbuatan Ayrah padanya. Rere pun merasa sangat kesal pada Ayrah dan menganggap bahwa perkataan Karina memang betul. Dan sejak itu Rere mulai benci pada Ayrah. Namun, Ayrah tidak tahu apa penyebab semua itu terjadi pada sahabatnya.

Dengan terjadinya hal itu, mulailah Karina mendekati Rere dan berkata “Re, bener kan yang aku bilang kalau Ayrah itu memang sengaja berteman dan sekaligus bersahabat dengan kamu hanya gara-gara uang kamu. Dan mendingan kamu teman dengan aku. Kita kan sama-sama anak orang terpandang, jadi nggak mungkin kan kalau aku meras kamu dengan uang?”
“Iya juga sih, kalau itu mau kamu. Baiklah, kita sahabatan. (sambil tersenyum)” kata Rere
“Akhirnya rencana aku berjalan mulus, dan ini yang dari dulu aku inginkan. Menghancurkan hubungan persahabatan kalian berdua. (berbicara di dalam hati sambil tersenyum benci)” Kata Karina
Suatu saat, Ayrah terus saja mendekati Rere untuk meminta penjelasan untuk menjelaskan kejadian ini. Namun, kelihatannya Rere tak mampu menahan amarahnya kepada Ayrah yang telah difitnah oleh Karina sehingga Ayrah pun mendapat gertakan dari Rere bahwa Rere sudah tidak mau bertemu dengan Ayrah bahkan tidak mau berkenalan lagi dengan orang yang bernama Ayrah.

Ayrah sangat sedih. Pertama, Ayrah berpikir bahwa Rere akan memberikan senyuman manis kepadanya. Namun, begitu sulitnya membentuk sebuah senyuman dari bibir manis Rere yang sudah terlanjur benci kepada Ayrah.

Suatu pagi di tepi jalan, Ayrah kembali menyapa Rere dengan sebuah senyuman manis yang tak lupa ia berikan kepada Rere. Namun, karena kemarahan Rere mulai memuncak, sehingga dengan kesalnya, Rere mendorong Ayrah ke tengah jalan raya sampai-sampai Ayrah diseret mobil dan terkapar di jalan. Rere dengan kagetnya langsung memeluk Ayrah dan dengan segera meminta pertolongan kepada orang-orang pejalan kaki yang ada disekitar mereka untuk membawanya ke rumah sakit dengan menggunakan mobil Rere.

Sesampainya di rumah sakit, dan setelah Ayrah lepas dari fase kritisnya. Ayrah langsung memanggil nama Rere. Kemudian Rere langsung masuk ke ruangan Ayrah dan bertemu langsung dengan Ayrah. Ayrah pun kemudian bertanya tentang hal itu lagi. Yaitu hal yang membuat Ayrah penasaran bahwa mengapa Rere bisa berubah dengan cepat. Rere pun menjawab “Karena aku benci dengan apa yang telah kamu lakukan kepada aku tentang uang itu.” Ayrah pun semakin tidak mengerti dan menjawab “Uang itu? Jadi, hanya gara-gara itu karena kamu keberatan kalau aku minjam uang kamu?”
“Kalau gara-gara uang itu sih aku nggak masalah-masalah amat. Namun, aku hanya mempermasalahkan alasan kamu membuat pesta itu.” Kata Rere
“Pesta? Pesta apa? Setahu aku, aku nggak pernah ngerayain pesta dengan menggunakan uang kamu. Atau pesta Karina di selenggarain 2 malam yang lalu?” Tanya Ayrah
“Hah? Pesta Karina?” Tanya Rere
“Iya pesta Karina. Kalau tentang itu bisa-bisanya kamu benci dengan aku, mendingan aku menceritakan semuanya. Kalau Karina itu bilang sama aku bahwa kakaknya dia itu sementara sakit di rumah sakit dan sangat membutuhkan uang untuk membayar biaya administrasinya namun, Karina nggak punya uang. Sehingga, Karina nyuruh aku untuk meminta uang kepada kamu untuk membayar itu semua namun dengan alasan yang berbeda. Tapi, sejak itu aku curiga sama Karina.” Jawab Ayrah
“Oh, jadi gitu ceritanya Ra?” tanya Rere
“Iya.” Jawab Ayrah
“Aku ngerti sekarang.” Kata Rere
“Ngertii? Ngerti gimana Re?” Tanya Ayrah
“Kalau Karina itu sengaja mengadu dombakan kita, agar kita saling benci. Tapi apa gunanya?” tanya Rere
“Aku juga mulai ngerti Re. Iya, betul apa kata kamu. Dan semua itu dilakukan oleh Karina semata-mata karena Karina nggak mau kalau cewek kayak aku temenan apalagi sahabatan dengan anak orang kaya kayak kamu. Iya kan?” kata Ayrah
“Nah itu jawabannya.” Kata Rere
Setelah Rere memaksa Karina untuk mengaku atas perbuatannya, akhirnya Karina mengaku juga dan meminta maaf kepada Ayrah terhadap semua perbuatannya kepada Ayrah selama ini.

Rere pun kembali bersahabat dengan Ayrah dan bahkan telah menganggap Karina sebagai sahabat mereka berdua.
“Aku terharu dan salut sama kalian, sebab kalian telah aku buat kalian menjadi saling benci-bencian tetapi akhirnya kalian menganggap aku sebagai sahabat kalian.” Kata Karina
“Sahabat itu, nggak milih-milih apalagi dengan memandang status sebelumnya.” Kata Rere dan Ayrah

Mereka pun kembali bersama dengan menjalin sebuah tali persahabatan.
“Mudah-mudahan persahabatan kita terus terjalin dan kita terus bersama selama Langit Masih Berwarna Biru.” Kata Rere dan Ayrah
Akhirnya mereka bertiga bersahabat bagaikan sahabat yang sulit terpisahkan.
 
Sumber : LOKER SENI

HARLAH NU MEMBERI JAWABAN CINTAKU

HARLAH NU MEMBERI JAWABAN CINTAKU

Karya : M Taufiq

Dari sebuah bintik-bintik cinta kecil menjadi sebuah gumpalan yang sangat kuat dan kental yaitu sebuah gumpalan cinta yang begitu murni dan bening, di pagi itu q terbangun dari tidur lenyapku dan q sambut sebuah hari yang penting bagi seluruh orang-orang yang mengikiuti ajaran NU(Nahdlatul Ulama’) di karenakan di pagi yang sangat membahagiakan orang NU tersebut pada hari yang sedikit mendung dan gerimis itu adalah hari lahir NU, walaupun cuaca tak mendukung tapi aku tak putus asa untuk menyambut hari yang berbahagia itu. Di pagi itu aku langsung berdiri dan berjalan membuka pintu kamar kecilku perlahan kakiku berpijak di bumi ,berjalan untuk mengambil air wudhu karena aku sebagai umat muslim jadi kalo pagi setiap aku terbangun dari lenyap tidurku aku mempunyai sebuah kewajiban yaitu harus menunaikan ibadah salat subuh, terus kenapa sebelum shalat harus mengambil air wudhu……….? Di karenakan di sebuah agama islam ada hukum fiqih yaitu hukum yang mengetahui tata cara sah atau tidaknya shalat kita. 

Aku bersama temanku yang bernama Musyafa, di pagi hari itu berangkat ke sekolah agak sedikit pagi di karenakan intruksi dari guru-guru berangkat ke jogja agak pagi jadi aku sama teman-teman q harus datang ke sekolah sangat pagi sekali sekitar jam 06:00 harus sampai ke sekolahan. Walaupun di pagi itu rintik-rintik gerimis mengguyur kotaku akan tetapi tak patah semangat untuk menggayun sepedaku agar bisa sampai ke sekolahan tercintaku, yang biasanya mentari menemaniku untuk berangkat sekolah akan tetapi di pagi itu aku sama Musyafa di temani dengan dinginya guyuran hujan yang mengguyur kotaku, setelah lima belas menit aku menggayun sepeda kecilku akhirnya aku sama Musyafa datanglah di sekolahan tercintaku di saat aku datang aku melihat seseorang wanita yaitu wanita pujaan hatiku dari dulu di pagi itu aku melihatnya dia sangat begitu cantik mengenakan kerudung yang berwarna putih dan baju yang berwarna putih juga menunjukkan dia wanita muslim yang sholehah yaitu dia salah satu staf TU sekolahanku, aku pun langsung mencari informasi di papan informasi mencari bus yang nanti aku tumpangi ehhhh………… ternyata aku mendapatkan bus tiga yang berisi kelas sepuluh TKJ dan kelas sepuluh TKR 1. Setelah ada informasi dari Osis yaitu yang berisi akan segera berangkat dan semua siswa harus mencari bus yang telah di sediakan aku bersama teman-teman langsung menuju bus yang telah di sediakan oleh panitia. Setelah aku masuk ke bus ternyata busnya tak memuaskan hatiku yang biasanya aku naik bus yang ber AC akan tetapi di hari itu harus naik bus yang tak ada AC satupun “ hufffffff,,,, menyebalkan sekali, pekikku dalam hati. Akupun tambah sedih setelah roda bus yang saya tumpangi berjalan di atas aspal yang begitu hitam, setelah di tengah jalan aku di kagetkan dengan zmz yang masuk di inbox handponku:
“ dek kamu di bus berapa ??????? “
“ aku di bus 3 mbak, la mang kenapa ??? “
“ Gak papa dek, coba liat kebelakang bentar dek. Ada apa,,,,,, ?? “
“ La da apa to mbak. Ya dech tar q liat .
“ Mbak di belakangmu dek,,,”

Aku pun langsung pura-pura berdiri sebentar sambil menengok ke belakang sedikit eh ternyata beneran dia di belakang q, habis berdiri dan duduk. Dia pun zmz lagi tetapi gak q balas karena aku lagi betek banget soalnya busnya gak enak, panas gak karuan super duper nyebelin pokoknya. Perjalanan terus tanpa henti dan sambil bercanda - canda sama pak sopir bus. Tetapi sesampainya di wates bus kita berhenti sebentar di karenakan akan di kawal sebuah mobil polisi dan para pemuda banser, perjalanan sampai Jogja sampai stadionpun aku dan rombongan lain di kawal terus. Akan tetapi sudah sampai stadion rombongan kita sudah telat acara sudah akan dimulai, tetapi rombongan kitapun masuk juga ke stadion. Hatiku berdebar - debar tak karuan karena aku bisa jalan bareng sama dia dan nyampe tempat berhenti pun aku bersama dan bercanda, sambil diem-diem melihat kecantikan dia. Dan tak disangka rasa betek pun hilang, heheheheheh. Mujarab banget nie orang “ kataku dalam hati “. Lagi asyik-asyik ngobrol e malah di panggil oleh salah satu siswa kelas XI TKR 1 di suruh untuk nganter ke kamar mandi, dengan senang hati aku pun langsung nganter siswa tadi ke kamar mandi tapi betek banget, masak antriannya buanyak banget. Huuuhhh sabar-sabar “ kataku dalam hati “. Pengen q tinggal anak tadi tetapi gak tega ntar kalo bingung gak tau arah kembali age gimana, karena bosen di situ akhirnya aq sms mbak.
“ mbak sini lo ma aku ?????? “
“ dimana dek …,,,???? “
“ di kamar mandi deket lokerum pemain “
“ ah gak tau dek disini aja takut hilang “
“ ow ea udah nek gitu “
“ mange kesitu ngapain dek ???
“ ini nganter adek kamu mbak, suruh nganterin ke kamar mandi “.
“ nah gitu dong dek, akur . Gak musuhan kayak kucing dan tikus. Hehehehehe
“ ia mbk ia (sambil muka cemberut)

Antrian pun sudah selesai kami bertiga langsung keluar dan langsung kembali ke tempat tadi, aku pun langsung cepet-cepet ke tempat duduk tadi akan tetapi dewi fortuna belum berpihak kepadaku, dia malah gak ada yang ada cuma guru -guru perempuan pada ngobrol sama siswa-siswi clas XI TKJ, aku pun langsung ikut juga smbil zmz mbk tetapi lama gak di bales aku mulai khawatir mbak di mana ntar kalo kenapa-kenapa akan tetapi gak lama kemudian dia balez zmz dari ku :
“ mbak di mana ??????????
“ aku di luar cari kamar mandi sama Bu Tri dek, kenapa ??? kehilangan ya, heheheheheh
“ Heheheh, dikit mbak. La dicari-cari gak ada, kirain kenapa gitu mbak “
“ gak kenapa-kenapa kok dek, tenang aja “
“ ia mbak, tapi kok gak di kamar mandi yang deket aja ???
“ la gak tau tempate dek “
“ ow……….. ea gak papa mbak”
“ dah mau keluar belum dek ????? , males mau masuk lagi nie, mau ke bus tapi dari tadi nyari-nyari busnya gak ketemu, kayak orang hilang nie dek,,,,,, !!!
“ udah kok mbak , bentar age keluar. Sabar mbak, tar tak temenin cari busnya. “
“ ok dech. kalo dah keluar zmz mbak ea dek “
“ ia mbak ntar adx zmz “
“ sipz ”
Saatnya keluar dari stadion. Begitu banyaknya sampai berdesak-desakan, walaupun desak - desakan aku tak pudar semangat untuk bertemu dengan mbak di pintu keluar bagian barat, aku sambil lihat-lihat walaupun aku sempat zmz tapi gak di bales. Aku mulai bingung harus gimana untuk ketemu kakak, akhirnya aku liet sambil melambaikan tangan biar kakak tau dan akhirnya tau dan hati q seneng banget, akhirnya pun aku jalan bareng sama dia mencari tempat parkir bus di sana sini tapi kita bingung parkir busnya dimana…..???????. Bukan kita saja yang bingung tetapi temen-temen lain pun juga bingung mencari tempat parkir bus. Kita berjalan dari pintu keluar sebelah barat sampai ke belakang tribun bagian timur dan akhirnya kita agak lega karena bus yang kita cari sudah ketemu.

Dalam ilmu fiqih ada sebuah tata cara shalat yaitu sering di sebut syarat sah shalat. Setelah aku mengambil air wudhu aku pun segera menunaikan shalat subuh dan berdo’a secukupnya karena shalat digunakan sebagai berdo’a meminta kepada Sang Ilahi meminta petunjuk agar kita bisa menjalani hidup yang sangat bahagia, setelah menunaikan shalat akupun langsung mengambil handuk kecilku untuk mandi, dan walaupun di pagi itu suhunya sangat dingin tak menjadi penghalang untuk membersihkan badanku, dinginya air sower mengguyur seluruh tubuhku sehingga menambah semangatku untuk beraktivitas di hari yang sangat berbahagia itu. Setelah usai mandi akupun langsung menghias tubuhku di karenakan di pagi itu aku mau berangkat ke Stadion Mandala Krida bersama temen-teman, ibu guru maupun staf sekolahku untuk menghadiri acara “ Upacara Harlah NU” yang di ikuti oleh seluruh sekolahan yang di bawah naungan ma’arif se-DIY.

Di sini aku mencoba agak berani , aku pun punya makanan ringan dan niatnya mau nyuapin sampai saatnya aku sudah mau nyuapin dia, tetapi dianya gak mau gak tau kenapa , tetapi aku cuwek aja aku langsung masuk ke bus, saat udah mau pulang di bus rombongan kita agak kebingungan karena salah satu dari rombongan kita belum datang. Di telfon di zmz pun juga gak ada kabarnya, akan tetapi agak kelaman siswi yang gak ada kabarnya tadi ada kabar kalo dia di pintu keluar sebelah barat sama Bu Tri, sedang nunggu bus kita yang mau melintasi situ dan akhirnya rombongan kita lega karena temen yang gak ada kabarnya tadi kembali ikut rombongan kita.

Perjalanan pulang dilanjutkan kembali dengan suka ria dan hati yang senang. Sampai di jalan aku pun di zmz kakak lagi :
“ dek kok diem terus “
“ lagi gak mut……”
“ kenapa dek ??? “
“ gak kenapa -kenapa kok “
“ ow ea udah, mau permen gak dek ??
“ tadi aja di suapin gak mau, sekarang mau ngasih permen “
“ ea gak maulah di depan banyak orang dan kakak tu masih punya cowok dek tar gimana gitu kok “.
“ ea udah “
“ marah ea dek ma kakak,,,,,????
“……………………………????????????????????? “
“ Dek, kok malah diem aja to…???? Maafin mbak dek, gak bermaksud kayak gitu kok,,,,”

Dia pun minta maaf terus tapi gak q perhatiin, dia zmz banyak banget tapi juga nggak q bales. Perjalanan terus menerus tanpa henti sampai di sekolahan aku pun langsung pulang, aku sambil liet-liet dia tetapi dia gak pulang shalat dzuhur di sekolahan dan mau ngerjain pekerjaan yang belum selesai, sesampai di pondok aku langsung shalat dan istirahat bentar sesudah istirahat aku pun langsung megang hp dan sms dia untuk minta maaf atas perbuatan yang aku buat tadi :
“ mbak minta maaf ya, yang tadi ???
“minta maaf apa dek ???
“ yang tadi sms mbak gak adek bales, soalnya adek lagi gak mut bus e panas banget “.
“ Gak papa kok dek “
“ makasih ea mbak ?????????? “
“ ia adek ku “
“ mbak aku mau tidur ???
“ oh ia dek gak papa, mbak juga masih kerja lum pulang ki “
“ ia mbak “

Aku pun tidur dengan nyenyak tak taunya matahari sudah di sebelah barat hendak tenggelam dan sang mega merah pun mulai muncul dari kejauhan. Aku pun langsung mandi dan shalat, shalat yang q kerjakanpun pun dah agak telat. Sehabis shalat aku di kagetkan dengan sebuah sms yang indah sekali yang tak pernah terlupakan yaitu berisi tentag dia menerima cintaku. Aku pun langsung bengong dan bertanya tanya dalam hati “ ada angin apa tadi, mimpi apa tadi,,,,,,????? “ Akhirnya doa dan perjuanganku selama ini terjawab juga. Dan tambah kaget lagi, sebenernya dia juga suka sama aku, aku pun seneng buanget bagaikan kejatuhan duren dan akhirnya kita jadian dan di namakan “ cintaku bertemu di Stadion Mandala Krida” tetapi dia masih ngasih syarat kepadaku yaitu:
- masih boleh berhubungan sama pacar yang dulu karena belum putus juga
- manggil pun masih adek kakak biar gak da yang tau
- dan dilarang ngomong ma siapapun bahwa dia telah jadi milikku

Walaupun gitu syaratnya pun q terima dengan suka hati, tetapi mengingat waktu sudah malam sms pun di tunda karena aku harus ngaji dll.
Setelah semua aktivitas malamku berakhir, aku mulai teringat dia lagi, aku mulai merasakan rindu hingga q buat sepatah kata untuknya :
Jikalau dulu kita tak saling berkenalan
Tak kan pernah q rasakan debar kasmaran
Dan pada bulan sampaikan padanya aq cinta dirinya
Q katakan pada bintang kedipkanlah cahayamu untuknya
Jika dulu kita tak pernah bertemu
Takkan pernah q rasakan artinya rindu dan hembusan sang bayu
Terbangkanlah rinduku padanya
Agar dia rasakan semua pelukan hangatku untuk dirinya
Kau berikan aku rasa
Dari semua hal yang terindah
Kau buatku memimpikanmu seraya terbangkan jiwa
Perlahan aku terlena akan manis cintamu
Buatku gelisah karena ada kerinduan terselinap lembut di dada
Rangkaian kata cinta terungkap semua
Wahai sang malam
Katakan padanya bahwa aku rindu
Aku ingin dia slalu di sisiku setiap waktu
Oh sayank q “ I Love You “

Walaupun dari awal q menduga tak mungkin kita bisa jadian karena perbedaan umur dan status akan tetapi semua semangatku dan do’a yang selalu q panjatkan biar terwujud semua impianku untuk memilikinya dan akhirnya sekarang terjawablah sudah. Q jalani setiap hari sama dia dengan penuh keceriaan walaupun kita beda jauh dia seorang staf TU dan aku cuma pelajar di sekolahan penghalang kita juga di perbedaan waktu kalo dia sibuk aku gak sibuk atau sebaliknya akan tetapi sekali-sekali aku dan dia masih ada waktu untuk bercanda tawa, semua perjuanganku untuk mendapatkanya dengan penuh semangat terjawab di sebuah acara harlah NU di Setadion Mandala Krida.

Sumber : LOKER SENI

Gimana Enggak Banjir Kalau Tanggul Dibolongi? KATA AHOK.

Gimana Enggak Banjir Kalau Tanggul Dibolongi? KATA AHOK.


Jakarta - Setelah Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo kaget dan marah melihat tanggul dijebol warga, kali ini giliran Wakil Gubernur Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok yang geram. Tak hanya tanggul di Kanal Banjir Barat, samping rel kereta Tanah Abang, Jakarta Pusat, yang dijebol atau dibolongi warga, tapi juga di kawasan Sunter dan Kemayoran.

Di Tanah Abang, Ahad, 19 Januari 2014, Jokowi menemukan tanggul yang dijebol warga itu ditutupi dengan tumpukan karung berisi pasir.  Di bagian lain, ditemukan tanggul masih dijebol sebagai akses masuk bagi warga yang mendirikan bedeng tepat di bibir kali.

Padahal debit air Kali Ciliwung yang mengalir di tanggul Kanal Banjir Barat cukup tinggi.  Akibatnya, rembesan air mengucur ke permukiman dan Stasiun Tanah Abang dari bolongan yang dibuat warga. "Tanggul kok diputus, itu bahaya banget," kata Jokowi.

Di sekitar Kali Sunter, giliran Ahok yang geram atas tindakan warga yang membolongi tanggul.  Padahal tanggul itu dibuat agar air kali tak masuk ke permukiman.

“Di balik tanggul ini lapangan golf Kemayoran. Maka, Desember saya sudah lihat dan kirim orang untuk foto semua bolong-bolong ini," kata Ahok sambil menunjukkan foto hasil jepretan stafnya dari tanggul yang bolong di Sunter kepada Tempo, Senin, 20 Januari 2014.

Ahok menunjuk foto stafnya yang memperlihatkan tampang tanggul setinggi sekitar 1 meter dibolongi untuk dibuat jembatan. Dalam foto lainnya beberapa tanggul tampak bolong. "Gimana enggak banjir kalau tanggul dibolongi?" ujarnya. " Bukannya air masuk kali, yang ada air kali tumpah ke luar," kata Ahok dengan kesal.

Ahok berjanji akan tegas menindak pihak-pihak yang sengaja merusak tanggul dengan cara membolonginya itu. Termasuk pihak pengembang yang membangun permukiman di sekitar tanggul.

WDA


Sumber : TEMPO

Akil Diancam Hukuman Seumur Hidup, Karena Tak Kooperatif


Akil Diancam Hukuman Seumur Hidup, Karena Tak Kooperatif


Jakarta - Akil Mochtar, mantan Ketua Mahkamah Konstitusi dapat dituntut pidana seumur hidup oleh jaksa Komisi Pemberantasan Korupsi jika tidak kooperatif. "Bisa maksimal seumur hidup, sesuai pasal di Undang-undang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi," ujar Juru Bicara KPK Johan Budi S.P. di KPK, Senin, 20 Januari 2014.

Johan mengatakan ada dua hal utama yang jadi pertimbangan KPK dalam penuntutan. Yakni, berat tidaknya pidana si tersangka, dan sejauh mana ia mau bekerja sama dengan penyidik KPK.

Ia berpendapat, secara pribadi, Akil melakukan tindak pidana yang berat. Terlebih, Akil merupakan penegak hukum yang seharusnya memegang teguh hukum. Namun Johan tak mau berkomentar ihwal derajat kerja sama Akil dengan penyidik.

"Saya tidak tahu karena saya enggak ikut memeriksa," ucapnya.

Namun, menurut dia, KPK kini masih dalam tahap penyidikan dan belum memutuskan tuntutan yang bakal dilakukan terhadap Akil. Pelimpahan ke proses penuntutan diperkirakannya akan terjadi dalam 2-3 pekan mendatang.

Sebelumnya, penegak hukum yang dihukum maksimal adalah mantan Jaksa Urip Tri Gunawan yang juga tertangkap tangan oleh KPK. Majelis kasasi yang dipimpin Artidjo Alkostar dengan anggota MS Lumme dan Hamrad Hamid, dan Leopold Hutagalung, pada 11 Maret 2013 menolak kasasi Urip dan tetap menghukum 20 tahun penjara karena menerima suap dari Artalyta Suryani agar penyelidikan Bantuan Likuiditas Bank Indonesia pada Bank Dagang Nasional Indonesia milik taipan Sjamsul Nursalim.


BUNGA MANGGIASIH

Sumber : TEMPO
 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. holy NEWS mdr - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger